Langsung ke konten utama

Komitmen untuk "Sendiri"



Baru kali ini aku secemburu ini, cemburu dengan Si Bunga yang tak hentinya menelpon. Entah berapa kali handphonenya berdering dalam sehari. Terkadang aku berpikir, segitu perhatiannya yah pacarnya? Atau barangkali pacarnya tidak memiliki agenda lain sehingga menelpon menjadi agenda rutinnya? Maybe yes but maybe No!
Mempertahankan komitmen untuk “sendiri” ternyata tidak selalu mudah. Sendiri maksudku adalah tidak memiliki pasangan alias pacar, aku lebih suka menggunakan istilah itu daripada jomblo. Sebab istilah jomblo kesannya terlalu malang. Hehehe. Sudah setahun lebih aku setia dengan status sendiri. Bebas kemana-mana, tak ada yang melarang, tapi sebaliknya tak ada yang perhatian, tak ada yang ingatkan makan, tak ada yang antar jemput, tak ada. Dulu, perhatian itu kuanggap sebagai sesuatu yang terlalu berlebihan, bukannya senang, tapi justru merasa risih. Sekarang, perhatian adalah sesuatu yang amat kurindukan. Namun tak lagi kudapatkan.
Di satu sisi, aku ingin seperti mereka yang mendapatkan perhatian dari seseorang. Tapi di lain sisi, aku juga ingin mempertahankan komitmenku untuk sendiri.
Pernah terpikir untuk menerima setiap ada yang datang, tapi lagi-lagi batinku menolak. Bukankah dengan menerima Si A atau si B aku akan lebih mudah melupakan pria itu? Ah, tapi tidak. Pria yang kucintai sekarang, dulunya juga hanya kujadikan sebagai pelampiasan agar bisa melupakan pria yang kucintai dulu. Dan itu tidak ingin kuulangi lagi.
Pacaran itu hanya dua ujungnya. Berujung bahagia dan berujung rasa sakit. Berujung bahagia jika menikah dan sebaliknya berujung rasa sakit jika putus”, kata-kata itu yang selalu kukatakan kepada si A dan si B yang mencoba untuk mengisi hatiku. Ah, pernah merasakan “sakit” berkali-kali membuatku “malas pacaran”. Aku takut diperbudak oleh rasa. Aku takut terlanjur cinta dan susah untuk move on.
Kepada pria yang pernah datang tapi kukecewakan :
“Maafkan aku. Aku tidak mau menjadikanmu hanya sebagai pelampiasan. Aku pun takut jika akhirnya aku jatuh cinta padamu. Dan jika aku jatuh cinta lalu menerimamu, aku takut kau akan menyakitiku”.
Kepada Pria yang terlahir di bulan Agustus (Pria yang kucintai) :
Maafkan aku juga. Maafkan atas perkataanku tempo hari. Kau tahu kan yang mana? Iya, kupikir kau mengerti.

22 Agutus 2015, Tidung 5, Makassar.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dirgahayu Nining Amalia

            Sore ini, tanaman boleh berbahagia karena mendapatkan siraman gratis dari air hujan yang terus mengalir dengan derasnya. Setidaknya, dengan hujan bisa membuat bunga-bunga dan pohon-pohon bangkit dari daunnya yang sempat layu. Di kamar kosku yang mungil ini, aku menyimak suara hujan yang sedang konser di depan kosku. Yah, nampaknya suara hujan sedang menghiasi daerah tidung 5 dan sekitarnya. Hemm…Lumayan syahdu rupanya. Hehehe..tapi   sebenarnya bukan hujan yang menjadi topik utama ceritaku kali ini.             Kali ini aku ingin bercerita tentang salah satu personil KC, Si Mawar Merah Tak Berduri. Haha Nama lengkapnya, Nining Amalia, aku paling sering menyapanya dengan sebutan Ningnong atau Ning, tapi teman-temanku biasanya memanggilnya Nining. Mendengar namanya “Nining Amalia” waktu itu aku coba menebak dimana asalnya. Kupikir, dia orang Jawa. Eh, terny...

Pencarian

          Sebenarnya tulisanku yang satu ini sudah lama. yah sejak Desember 2012 lalu. Dan sekarang sudah memasuki tahun 2014. Sudah lama yah?? Hehe bahkan ini sudah ada di blogku sebelumnya. Tapi berhubung ini, blog baru saya, dan belum ada apa-apanya di dalam. Jadi aku masukin aja hehe Selamat Membaca :) Bismillah :) Tak terasa sudah beberapa bulan ini aku telah menikmati bangku perkuliahan.  Satu hal yang aku syukuri adalah bahwa di Universitas Negeri Makassar yang akrab disebut Kampus Orange ini khususnya di Fakultas Ilmu pendidikan tempatku menimbah ilmu sekarang, aku memiliki banyak teman, bahkan sahabat pun ada. Namun ada yang mengganjal kurasakan, sejauh ini belum aku temukan seorang pun diantara mereka yang sepandai dirimu dalam memahami dan mengerti diriku. Sampai saat ini aku terus mencari.  Kapan aku menemukannya? Entahlah….biarkan saja waktu yang akan menjawabnya. Bukan maksudku untuk membandingkan mereka denganmu, akan tetapi...

IKHLAS Part II

Assalamu Alaikum Sobat Blogger. Selamat Malam. Hari ini aku ingin berbagi cerita. Cerita tentang Ikhlas. Semoga kalian bisa menarik hikmah dari peristiwa yang akan aku ceritakan kali ini. Selamat Membaca yah! Baru kemarin di Halaqah aku dan teman-teman belajar tentang Ikhlas. Baru kemarin pula aku memposting tulisan di blog berjudul “Ikhlas”. Ehh, hari ini aku diuji lagi. Diuji oleh satu kata itu yakni “IKHLAS”. Hpku dijambret di Tidung 2 saat aku dan Mita ingin ke kosnya mengambil helm. Sekitar jam 12 siang, waktu sholat jum’at.  Rencana kami akan pergi ke acara aqiqahnya Azizah, salah satu teman posko kami. Kuakui aku memang cukup “teledor” memegang hpku dalam keadaan dibonceng.  Aku sibuk balas BBM teman-teman, BBM teman Posko dan BBM teman SDku yang ingin dikirimkan file Skripsi. Saat asyik membalas BBM teman, tiba-tiba saja ada tangan laki-laki yang sigap mengambil hp di tanganku. Rasanya secepat kilat. Dan di saat itu aku baru sadar bahwa hpku sedang dijambret....