Baru kali ini aku secemburu ini, cemburu dengan Si Bunga yang
tak hentinya menelpon. Entah berapa kali handphonenya
berdering dalam sehari. Terkadang aku berpikir, segitu perhatiannya yah
pacarnya? Atau barangkali pacarnya tidak memiliki agenda lain sehingga menelpon
menjadi agenda rutinnya? Maybe yes but
maybe No!
Mempertahankan komitmen untuk “sendiri” ternyata tidak selalu
mudah. Sendiri maksudku adalah tidak memiliki pasangan alias pacar, aku lebih
suka menggunakan istilah itu daripada jomblo. Sebab istilah jomblo kesannya
terlalu malang. Hehehe. Sudah setahun lebih aku setia dengan status sendiri.
Bebas kemana-mana, tak ada yang melarang, tapi sebaliknya tak ada yang
perhatian, tak ada yang ingatkan makan, tak ada yang antar jemput, tak ada. Dulu,
perhatian itu kuanggap sebagai sesuatu yang terlalu berlebihan, bukannya
senang, tapi justru merasa risih. Sekarang, perhatian adalah sesuatu yang amat
kurindukan. Namun tak lagi kudapatkan.
Di satu sisi, aku ingin seperti mereka yang mendapatkan
perhatian dari seseorang. Tapi di lain sisi, aku juga ingin mempertahankan
komitmenku untuk sendiri.
Pernah terpikir untuk menerima setiap ada yang datang, tapi
lagi-lagi batinku menolak. Bukankah dengan menerima Si A atau si B aku akan
lebih mudah melupakan pria itu? Ah, tapi tidak. Pria yang kucintai sekarang,
dulunya juga hanya kujadikan sebagai pelampiasan agar bisa melupakan pria yang
kucintai dulu. Dan itu tidak ingin kuulangi lagi.
“Pacaran itu hanya dua
ujungnya. Berujung bahagia dan berujung rasa sakit. Berujung bahagia jika
menikah dan sebaliknya berujung rasa sakit jika putus”, kata-kata itu yang
selalu kukatakan kepada si A dan si B yang mencoba untuk mengisi hatiku. Ah, pernah
merasakan “sakit” berkali-kali membuatku “malas pacaran”. Aku takut diperbudak
oleh rasa. Aku takut terlanjur cinta dan susah untuk move on.
Kepada pria
yang pernah datang tapi kukecewakan :
“Maafkan aku. Aku tidak
mau menjadikanmu hanya sebagai pelampiasan. Aku pun takut jika akhirnya aku jatuh
cinta padamu. Dan jika aku jatuh cinta lalu menerimamu, aku takut kau akan menyakitiku”.
Kepada Pria
yang terlahir di bulan Agustus (Pria yang kucintai) :
Maafkan aku juga. Maafkan atas
perkataanku tempo hari. Kau tahu kan yang mana? Iya, kupikir kau mengerti.
22 Agutus 2015, Tidung 5, Makassar.
Komentar
Posting Komentar