Selamat
malam Pak, Semoga dalam keadaan sehat walafiat.
Sebelum
bapak menjadi penguji saya,nama bapak sudah sering kudengar. Tahu tidak pak?
Aku
selalu berdoa agar nama bapak tidak pernah ada dalam daftar penguji saya.
Setiap sudah melaksanakan sholat subuh hingga Isya saya selalu memanjatkan doa
yang sama. Bahkan sebelum saya ke kampus, usai sholat Dhuha saya masih berdoa
dengan hal yang sama. Usai sholat Dhuha, aku bergegas ke kampus, tak sabaran
ingin tahu siapa nama pengujiku. Di tengah perjalanan, nama Bapak selalu
terngiang. Gimanayah kalau memang bapak pengujiku?? Aduhhh
***
Fakultas
semakin ramai, lantai 1, 2, hingga 3. Dengan penuh semangat kulangkahkan kakiku
menuju ruangan untuk menanyakan jadwal seminar sekaligus nama penguji.
“Kenapa?”
kata ibu di ruangan itu
“Saya
mau melihat jadwal dan penguji saya bu”
“Siapa
namamu? (sambil melihat puluhan jadwal yang ada di tangannya)
“St.
Hajrah Bu”
“Oh,
St. Haajraaaah, Hem ini (sambil memperlihatkan kertas yang dipegangnya)”
Kulihat
kertas itu perlahan-lahan. Dalam kertas itu, ada 6 nama. Ketua Seminar, PD 1
ku, Sekretaris Seminar, Sekretaris Prodiku, Kedua pembimbingku, Lalu dua nama
terakhir, nama penguji dalam dan penguji luarku.
Dan
dua nama itu adalah Pak Prof, dan Bapak.
Saya
diam sejenak, lalu menanyakan kembali ke Ibu di lantai 2 untuk memastikannya.
Meskipun dalam hatiku, sudah mulai takut. Aku takut menerima kenyataan kalau
bapak yang jadi pengujiku.
“Bu,
Maaf Bu, ini siapa yah?” tanyaku kembali
“Itu
Pak…..(nama bapak)
“Hah?
Serius Bu? Ini Bapak…….?
“Iya,
memangnya kenapa?”
“Bu,
bisa diganti Bu? Pintaku dengan nada merengek (berharap bisa diganti)
“ihhh,
kenapa mau diganti?”
“Bu,
Bapak itu sering suruh mahasiswa yang dia uji penelitian ulang Bu”
“Ah,
tidakji itu kalau pintarji orang, kalau bodo’ iya pasti disuruh meneliti ulang”
“Bu,
tidak bisa betulan diganti ini Bu?”
“Iya
tidak bisami, kecuali kalau beliau tidak bisa, baru bisa diganti”
***
aku
yang tadi semangat tiba-tiba lemas, jadi cemberut. Aku menuju lab IPA.
“Teman-teman
pengujiku -_- sambil cemberut”
“Kenapa
pengujimu” Jangan bilang Bapak itu
“Hemm,Iya
memaang bapak itu. “
“Astagaaa,
sabar Hajrah!
“Begitumi
kalau sering sekaliko sebut namanya bapak, mupikir terus mungkin.
“Bah,Iya,
bahkan kudoakan dalam setiap sholatku”
“Mudoakan
apa?”
“Kudoakan
semoga dia bukan pengujiku”
“Awwehh,
hahahaha”
Mereka
menertawaiku, mendadak lab IPA jadi riuh gara-gara tahu pengujiku
Bahkan
berita kalau bapak yang jadi pengujiku sudah tersebar dimana-mana. Yah wajar
sih, aku yang update status. hehehe
Banyak
yang komen statusku, sebagian besar menyuruhku untuk meminta penguji yang lain,
bahkan ada yang memintaku berbohong bahwa bapak tidak bisa menjadi pengujiku.
Semua itu, agar aku tidak diuji oleh bapak. Temanku bilang, “Hajrah, suruh
gantimi cepat!, daripada kau tidak selesai-selesai nanti”. Tapi Pak, Aku takut
berbohong.
Telingaku
sudah penuh dengan cerita tentang Bapak, mulai dari penelitian ulang saat seminar
hasil dan bahkan tutup, yang lebih parah katanya ada yang sampai 2 tahun baru
diloloskan. Pokoknya, Bapak jadi tranding
topic di kampus.
Setiap
hari, ketika bertemu dengan teman di kampus, mereka selalu menepuk pundakku dan
menyuruhku untuk bersabar, ada juga yang menyemangatiku, dan ada juga yang
bilang” Hajrah, Kau diberikan penguji seperti beliau karena Allah tahu
kemampuanmu, Allah berpikir kamu bisa menghadapinya dan kamu memang pantas,
Ayolah Kamu pasti Bisa, Allah saja percaya padamu. Masa kamu tidak?
Tapi
Apa yang kulakukan?
Aku
menuju PD 1 selain meminta kesediaannya menjadi Ketua Seminarku, juga bermaksud
untuk meminta PD 1 agar menggantikan bapak. Tapi PD 1 tidak mau, dan bilang
kalau Bapak adalah seorang Dosen, Bapak tidak serta merta menyuruh mahasiswa
penelitian ulang jika memang layak untuk dilanjutkan. Lalu aku mengangguk
menerima jawaban Bapak.
Aku
keluar dari ruangan itu. Kecewa? Yah, tentu saja.
Bagaimana
dengan temanku? Sebagian besar dari Mereka tetap menyuruhku agar mengganti
Bapak. Awalnya aku juga takut menemui bapak, meminta tanda tangan persetujuan
penguji.
Tapi,
aku akhirnya berpikir bahwa Allah memberikanku amanah untuk diuji oleh Bapak.
Allah mempercayaiku. Yah, coba lihat! Dari 400 lebih mahasiswa PGSD, hanya dua
orang yang diuji oleh bapak, hanya Aku dan Taufik, teman SMAku, teman satu
Komunitasku. Allah pasti memiliki rencana indah dibalik ini. Yah, yah saya
percaya itu Pak!
Menjelang
Seminar hasil, aku mencoba menyemangati diriku. Tak bisa dipungkiri, semangatku
memang naik turun. Kadang sangat semangat, tapi kadang juga drop. Tetapi beruntung
aku tipe orang yang mudah mengembalikan semangatku. Beruntung juga karena memiliki
Orang tua keluarga, dan teman-teman seperti Mereka yang selalu mensupportku
Akan
diuji oleh Pak Prof dan Bapak adalah tantangan buat saya. Semakin hari saya
mencoba memantaskan diri untuk diuji oleh kalian. Tapi, sayang sekali karena prepareku kurang mantap. Hingga akhirnya
bapak baru menerima skripsi saya 1 jam sebelum ujian, presentasiku kukerjakan
jam 7 pagi dan kulanjutkan di kampus hingga selesai 50 menit sebelum ujian. Maafkan
saya Pak.
***
Kamis,
23 Juni 2016 Pukul 10.30 WITA. Hari dimana Seminar Hasilku telah tiba. Bapak
sedang menguji di lantai 2 waktu itu. Pembimbingku menyuruhku untuk menemui
bapak.
“Pak,
saya sudah mau seminar”
“(Bapak
Mengangguk), semua sudah siap?”
“Siap
Pak, kataku meyakinkan”
Seminar
pun berlangsung, tapi sayang sekali karena Pak Prof tidak datang karena mau ke
Jakarta. Sehingga Pak Prof digantikan oleh salah satu dosen Dr. dari jurusanku.
Saya tahu Bapak kecewa waktu itu, karena Bapak sangat antusias akan partneran
dengan Pak Prof dalam ujian saya.
***
Seminar
berlangsung selama 2 jam. Mohon dimaafkan Pak, kalau selama ujian, saya
terkesan ngotot. Saya memang begitu, selama saya yakin dengan jawaban saya,
saya akan menjawab setiap pertanyaan bapak. Saya tahu bapak tidak suka jawaban yang
tidak ilmiah kan? Makanya setiap saya menjawab saya selalu menyebutkan sumber
seperti Teori, Hasil Penelitian A, B, C, atau D, Judul Buku, Nama Penulis,
Tahun terbit hingga halaman.
Maaf
pula kalau kesannya saya menantang Bapak, tapi sebagai pihak yang diuji tentu
saja saya tidak mau “menganguk-angguk” saja, selama saya tahu, saya pasti akan
menjawab, toh jika saya tidak tahu, saya juga akan mengatakan yang sebenarnya
kalau saya tidak tahu kan pak?
Oh
iya, selama ujian, ada 2 istilah yang selalu saya ingat hingga saat ini Pak. Istilah
itu adalah “Hipotesis Banci” dan “Interval Aneh”. Hehehe. Terimakasih atas
segala kritikan, dan juga masukannya Pak.
Terimakasih
juga kepada pembimbing dan sekretaris ujian karena akhirnya saya diberikan
kesempatan untuk tetap melanjutkan penelitian saya alias tidak penelitian
ulang. Alhamdulillah
***
Pak,
tahu tidak Pak? Teman seangkatanku sudah banyak yang mendaftar ujian tutup
bahkan sudah ada yang yudisium dan sebentar lagi akan wisuda di bulan Agustus.
Temanku yang ujian setelahku juga sudah mendaftar. Sedangkan Aku dan Taufik ??
Kami masih menunggu revisi dari Bapak.
Meski
pada akhirnya saya tidak penelitian ulang seperti sebagian besar mahasiswa yang
bapak uji, tapi saya “kenyang revisi” dari bapak. Ah, Bapak memang teliti.
Keliatan perfeksionisnya.
Kalau
dulu saya tidak mau diuji oleh Bapak. Tapi kini justru sebaliknya. Saya malah
bersyukur bisa diuji oleh orang hebat seperti bapak. Sepertinya bapak memang expert di bidang penelitian.
Saya
banyak dapat ilmu dari Bapak. Terkadang memang saya iri dengan teman-teman yang
lain, tapi saya merasa beruntung mendapatkan penguji seperti bapak. Saya bukan
lagi seperti mereka yang takut diuji oleh bapak, bukan berarti karena saya
merasa pintar, tapi karena saya mau belajar dan memantaskan diri untuk diuji
oleh Bapak di ujian tutup nantinya.
Pak,
Jujur, saya pesimis untuk wisuda bulan
Agustus, karena masih banyak revisi dari Bapak. Tapi sebagai manusia,
saya hanya bisa tetap berusaha dan tetap berprasangka baik kepada Allah. Tenang
Pak, saya tidak lagi berpikir kalau bapak jahat atau galak atau sekke atau
semacamnya lah, karena saya yakin ini demi kebaikan saya kok. Jika pun pada
akhirnya saya dan Taufik tidak wisuda bulan Agustus, tidak mengapa kok.
“Karena saya percaya bahwa Apa yang kita
inginkan belum tentu terbaik untuk kita. Tapi Apa yang Allah berikan sudah pasti
itu terbaik untuk kita. Untuk saat ini kita boleh pesimis, tapi kita tidak boleh
berhenti berusaha kan? Bukankah Hasil tidak akan menghianati Proses?”
Sehat
terus yah Pak, supaya bisa menguji saya di ujian tutup.:)
Salam
hangat dari saya, Mahasiswi PGSD yang pernah Bapak uji. Wassalam!
Komentar
Posting Komentar