Langsung ke konten utama

Bolehkah Aku Mengeluh?

Kak, bolehkah aku mengeluh? Aku tahu kau benci orang yang suka mengeluh kan?. Akupun begitu kak. Aku tidak suka mendengar orang mengeluh.  Aku benci mereka yang suka mengeluh. Tapi Kak, sungguh malam ini aku benar-benar ingin mengeluh.

Mengeluh hanya untuk orang-orang lemah”, katamu. 

Entah kapan kau mengatakannya.  Aku sudah lupa waktunya. Aku juga pernah berjanji pada diriku untuk tidak mengeluh apapun kondisinya. Bahkan disaat-saat sulitku kemarin aku masih berusaha tegak berdiri. Meski beban yang lumayan banyak tapi aku selalu mencoba untuk tetap kuat, mengabaikan beban dan memprioritaskan amanahku dan kepentingan orang banyak. Meski mengesampinkan hal yang yang justru harus kuprioritaskan.

Kak, aku cemburu. Kali ini bukan karena ”dia” bukan! Aku hanya cemburu kepada mereka yang satu dua langkah telah maju dariku. Masih segar diingatanku saat aku naik ke lantai 3 fakultas mengurus LKTIN Wisata Pendidikan, saat itu aku sedang bertemu dengan dosen pedamping KTI sekaligus sebagai juri dalam kegiatan kami. Dan kau tahu kak? Teman-teman seangkatanku sibuk mengurus berkas untuk seminar hasil bahkan disaat itu sudah ada yang sementara seminar hasil.  Tertawa cengengesan saat ditanyai “kapan hasil”? dan seolah-olah menjadi penonton bagi mereka yang mengurus seminar hasil. Hey, Kak??? Aku cemburu.

Waktu penelitianku sudah habis sejak tanggal 4 Mei. Sementara aku masih stay di validasi. Setelah uji lapangan, ternyata itemnya banyak yang gugur, belum lagi validasi mediaku yang juga belum selesai. Materi pelajarannya pun sudah lewat. Sementara desakan dan tekanan untuk cepat wisuda semakin banyak, terutama dari orang tua. Belum lagi amanah lainnya yang harus kuselesaikan juga.

“Bagaimana penelitianmu?” kata Ayah
“Dokan saja Pak” kataku
“Kapan seminar hasil” katanya lagi
“Doakan saja yah Pak” kataku lagi
“Bisajikah wisuda bulan Agustus” hardik Ibu

Ah, Ibu. Baru kali ini ada kalimat keraguan yang kudengar darinya. Biasanya aku adalah anak yang selalu mereka bangga-banggakan.  Sepertinya ada sebuah kekhawatiran darinya.

Aku benci diragukan, aku benci membuat orang khawatir. Aku benci.

Bu, andai saja kau tahu beban putrimu ini. Yang kupikir bukan hanya soal tugas akhir bu. Bukan! Jadi cobalah mengerti!


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dirgahayu Nining Amalia

            Sore ini, tanaman boleh berbahagia karena mendapatkan siraman gratis dari air hujan yang terus mengalir dengan derasnya. Setidaknya, dengan hujan bisa membuat bunga-bunga dan pohon-pohon bangkit dari daunnya yang sempat layu. Di kamar kosku yang mungil ini, aku menyimak suara hujan yang sedang konser di depan kosku. Yah, nampaknya suara hujan sedang menghiasi daerah tidung 5 dan sekitarnya. Hemm…Lumayan syahdu rupanya. Hehehe..tapi   sebenarnya bukan hujan yang menjadi topik utama ceritaku kali ini.             Kali ini aku ingin bercerita tentang salah satu personil KC, Si Mawar Merah Tak Berduri. Haha Nama lengkapnya, Nining Amalia, aku paling sering menyapanya dengan sebutan Ningnong atau Ning, tapi teman-temanku biasanya memanggilnya Nining. Mendengar namanya “Nining Amalia” waktu itu aku coba menebak dimana asalnya. Kupikir, dia orang Jawa. Eh, terny...

Pencarian

          Sebenarnya tulisanku yang satu ini sudah lama. yah sejak Desember 2012 lalu. Dan sekarang sudah memasuki tahun 2014. Sudah lama yah?? Hehe bahkan ini sudah ada di blogku sebelumnya. Tapi berhubung ini, blog baru saya, dan belum ada apa-apanya di dalam. Jadi aku masukin aja hehe Selamat Membaca :) Bismillah :) Tak terasa sudah beberapa bulan ini aku telah menikmati bangku perkuliahan.  Satu hal yang aku syukuri adalah bahwa di Universitas Negeri Makassar yang akrab disebut Kampus Orange ini khususnya di Fakultas Ilmu pendidikan tempatku menimbah ilmu sekarang, aku memiliki banyak teman, bahkan sahabat pun ada. Namun ada yang mengganjal kurasakan, sejauh ini belum aku temukan seorang pun diantara mereka yang sepandai dirimu dalam memahami dan mengerti diriku. Sampai saat ini aku terus mencari.  Kapan aku menemukannya? Entahlah….biarkan saja waktu yang akan menjawabnya. Bukan maksudku untuk membandingkan mereka denganmu, akan tetapi...

IKHLAS Part II

Assalamu Alaikum Sobat Blogger. Selamat Malam. Hari ini aku ingin berbagi cerita. Cerita tentang Ikhlas. Semoga kalian bisa menarik hikmah dari peristiwa yang akan aku ceritakan kali ini. Selamat Membaca yah! Baru kemarin di Halaqah aku dan teman-teman belajar tentang Ikhlas. Baru kemarin pula aku memposting tulisan di blog berjudul “Ikhlas”. Ehh, hari ini aku diuji lagi. Diuji oleh satu kata itu yakni “IKHLAS”. Hpku dijambret di Tidung 2 saat aku dan Mita ingin ke kosnya mengambil helm. Sekitar jam 12 siang, waktu sholat jum’at.  Rencana kami akan pergi ke acara aqiqahnya Azizah, salah satu teman posko kami. Kuakui aku memang cukup “teledor” memegang hpku dalam keadaan dibonceng.  Aku sibuk balas BBM teman-teman, BBM teman Posko dan BBM teman SDku yang ingin dikirimkan file Skripsi. Saat asyik membalas BBM teman, tiba-tiba saja ada tangan laki-laki yang sigap mengambil hp di tanganku. Rasanya secepat kilat. Dan di saat itu aku baru sadar bahwa hpku sedang dijambret....