Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2015

Diary 08 December 2015 (Story about KKN)

                Suara adik-adik yang tengah simulasi terdengar dengan jelas dari sebelah,   seperti biasa di LAB IPA, kami sibuk dengan rutinitas masing-masing. Aku, Risal, Jannah, dan dian berada dalam satu meja dan sibuk dengan laptop sendiri. Dian sementara mengetik laporan KKN-PPL Kecamatan, maklumlah dia sekretaris kecamatan. Sementara Risal, nampaknya sedang serius nonton, Jannah sedang nge-print, dan Aku sendiri sedang menulis. Ingin sekali menerbitkan tulisan di blog tepat waktu tapi padatnya rutinitas akhir-akhir ini membuat tulisanku tertunda lagi. Kemarin laporan KKN-PPL sudah terkumpul di LPM, itu artinya tugasku sebagai sekretaris telah selesai. Rasanya baru kemarin disambut dengan tarian Padduppa di depan gerbang sekolah, setelah itu santap   siang bersama , dan membersihkan posko. Masih terbayang pula saat Penarikan KKN-PPL Terpadu. Saat itu, Suara tangis terdengar begitu dahsyat...

H-7 Seruni Day

Senin, 23 November 2015 Pukul 12:38 WITA. Udara makin panas. Apalagi jendela dan pintu kelas 2 A tertutup. Tak apalah yang jelas aku bisa menikmati kesendirian di tempat ini. Setidaknya itu bisa membuatku lebih   fokus. H-7 Seruni Day! Seruni day merupakan Follow up dari semua program kerja kami. Inilah proker akbar yang akan kami laksanakan.   Di dalam seruni day ada pameran Mading, Produk Wirausaha, Produk Sains, Produk Seni Rupa, Pertunjukan Seni Tari dan Musik, Lomba Rangking 1, Mewarnai, Indonesia Cerdas, dan Mendongeng yang bertema kearifan lokal. Awalnya Seruni Day hanya diperuntukkan untuk Siswa di SD Teladan saja, akan tetapi berdasarkan beberapa pertimbangan dan masukan akhirnya Seruni day diperuntukkan untuk 6 sekolah se-gugus dengan menjadikan SD Teladan sebagai tuan rumah. Ah, Waktu memang terlalu cepat bergulir. Untuk melaksanakan acara dengan baik tentu saja butuh persiapan yang matang. Namun, H-7 Persiapan boleh dikata baru sekitar 50 %. Und...

Salam Literasi

“Seorang pembicara yang baik biasanya adalah pendengar yang baik. Seorang penulis yang baik biasanya adalah pembaca yang baik”. Kata-kata tersebut baru saja aku dapatkan dari buku yang aku baca berjudul “Pemimpin Cinta” karangan Edi Sutatro, Direktur SIT Athirah yang merupakan sekolah paling bergengsi di Makassar. Sekolah yang terkenal dengan prestasi dan manajemennya yang bagus. Ada beberapa poin penting yang aku dapatkan dari buku ini. Namun yang ingin aku bahas lebih jauh adalah literasi. Yap, Literasi berkaitan dengan baca tulis. Terkadang aku menyesal. Membiarkan momen berlalu begitu saja tanpa kutulis. Ada-ada saja halangan ketika ingin menulis. Padahal masing-masing momen memiliki cerita tersendiri. Belum ada satupun cerita edisi KKN yang aku posting di blog. Belum ada sama sekali. Padahal ada banyak momen yang aku ingin ceritakan seperti baru-baru ini kesibukanku menjadi panitia administrasi di acara kampung kemah penggalang se-kabupaten bantaeng yang harus menyeimba...

Komitmen untuk "Sendiri"

Baru kali ini aku secemburu ini, cemburu dengan Si Bunga yang tak hentinya menelpon. Entah berapa kali handphonenya berdering dalam sehari. Terkadang aku berpikir, segitu perhatiannya yah pacarnya? Atau barangkali pacarnya tidak memiliki agenda lain sehingga menelpon menjadi agenda rutinnya? Maybe yes but maybe No! Mempertahankan komitmen untuk “sendiri” ternyata tidak selalu mudah. Sendiri maksudku adalah tidak memiliki pasangan alias pacar, aku lebih suka menggunakan istilah itu daripada jomblo. Sebab istilah jomblo kesannya terlalu malang. Hehehe. Sudah setahun lebih aku setia dengan status sendiri. Bebas kemana-mana, tak ada yang melarang, tapi sebaliknya tak ada yang perhatian, tak ada yang ingatkan makan, tak ada yang antar jemput, tak ada. Dulu, perhatian itu kuanggap sebagai sesuatu yang terlalu berlebihan, bukannya senang, tapi justru merasa risih. Sekarang, perhatian adalah sesuatu yang amat kurindukan. Namun tak lagi kudapatkan. Di satu sisi, aku ingin seperti mere...

Rindu Rumah Kedua

               Dahulunya,tempat itu kujadikan rumah kedua setelah kosku. Tempat yang paling nyaman kusinggahi ketika jam kuliah tidak ada. Namun, seketika tempat itu jadi asing kembali. Seperti yang kurasakan dulu. Selain karena aku sibuk di tempat lain, juga karena “ada yang berubah” disana. Semua orang sibuk dengan pekerjaan masing-masing, bercerita dengan sesamanya, jarang senyum apalagi menyapa, terlalu angkuh dan sombong. Mungkin karena merasa hebat.          Ah, siapa aku ini? Aku hanyalah mahasiswi sok sibuk yang jarang datang ke tempat itu. Jadi, wajar saja ketika mereka bersikap “dingin” padaku. Lihatlah empat hari yang lalu!! Saat mereka sedang sibuk-sibuknya mempersiapkan segala perlengkapan untuk pameran pendidikan, saat mereka rela menginap menjaga stand , saat mereka dengan susah payah menata barang-barang yang akan dipamerkan, saat mereka dengan sibuk melay...